
GEMA HARIAN – Berawal dari kecintaannya terhadap antropologi sejak SMA, Prof. Subandi, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), berhasil menggabungkan ilmu psikologi dan antropologi untuk menciptakan terapi kesehatan mental berbasis budaya dan spiritual. Melalui pengabdian panjang sebagai akademisi sejak 1986, Prof. Subandi telah menghasilkan berbagai inovasi yang berdampak langsung pada masyarakat.
Menggabungkan Psikologi dan Antropologi
Meski mengambil program studi Psikologi di UGM, Prof. Subandi tetap mendalami antropologi melalui penelitian dan kolaborasi internasional. Pada 1996, ia mulai bekerja sama dengan Prof. Byron Good dari Harvard University, seorang antropolog kesehatan mental, untuk meneliti kesehatan mental dari perspektif budaya. Kolaborasi tersebut berlangsung selama lebih dari 25 tahun dan menghasilkan berbagai penelitian penting.
Selain itu, ia juga berkolaborasi dengan Dr. Julia Howell dari Griffith University, Australia, selama lima tahun. Bersama, mereka mengintegrasikan pendekatan antropologi dalam pengembangan layanan kesehatan mental berbasis budaya dan spiritual. “Kami tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga melakukan action research sehingga penelitian kami langsung memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Subandi, Sabtu (11/1).
Inovasi dalam Kesehatan Mental
Prof. Subandi dikenal atas berbagai inovasinya dalam pengembangan layanan kesehatan mental. Salah satunya adalah model rujukan balik di rumah sakit jiwa, yang memastikan pasien mendapatkan pendampingan terapi lanjutan di puskesmas.
Ia juga mencetuskan program Gerakan Peduli Kesehatan Jiwa (Gelimas Jiwa) di Puskesmas Kasihan II, Bantul. Program ini melatih kader kesehatan mental di masyarakat untuk mendampingi pasien. Gelimas Jiwa bahkan meraih penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB).
Inovasi lainnya adalah pengembangan kebijakan kesehatan mental di Kabupaten Kulon Progo. Bersama Dinas Kesehatan Kulon Progo, ia menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk meningkatkan layanan kesehatan mental di tingkat kabupaten. “Inovasi-inovasi ini tidak hanya berhenti pada penelitian, tetapi diimplementasikan langsung ke masyarakat. Hasilnya harus nyata dan terus berlanjut,” ungkapnya.
Penghargaan dan Dedikasi
Atas kontribusinya yang luar biasa, Prof. Subandi menerima Anugerah Silver Academic Leader 2024 dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Penghargaan ini menjadi pengakuan atas dedikasinya dalam riset, inovasi, dan pengembangan sistem kesehatan mental di Indonesia.
Menurut Subandi, dokumentasi yang rapi, mulai dari sertifikat hingga foto kegiatan, berperan penting dalam keberhasilannya. “Dokumentasi yang baik memudahkan kita merekap apa saja yang sudah dikerjakan. Ini membuat orang lain memahami rekam jejak kita,” tambahnya.
Semangat Meneliti dan Menulis
Hingga kini, Prof. Subandi telah menulis lebih dari 20 buku dan puluhan artikel jurnal internasional. Ia juga aktif berbagi pengalaman kepada mahasiswa dan dosen muda. “Pesan saya, milikilah passion yang kuat, fokus pada satu bidang, dan kembangkan secara konsisten. Peneliti yang sukses memiliki fokus yang jelas,” pesannya.
Penghargaan ini tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga kebanggaan bagi UGM. Dedikasi Prof. Subandi dalam mengembangkan sistem kesehatan mental berbasis budaya diharapkan dapat menginspirasi akademisi dan mahasiswa untuk terus berkarya serta memberikan dampak positif bagi masyarakat.***